Senin, 14 Februari 2011

Indahnya Pernikahan Dalam Islam

Menurut Muhammad Fauzil Adhim , pakar pernikahan dan parenting , hubungan suami dan istri dalam islam bukan berlandasan kepada keajiban ( misalnya , bakti istri pada suami ). Tapi apapun yang dilakukan suami atau istri terhadap pasangannya adalah dalam rangka ketaatan kepada Allah s w t .

Dengan kata lain , intinya adalah hubungan yang lebih tulus semata mata karena Allah dan bukan karena sesuatu yang bisa dibeli dengan uang ( tidak bersifat transaksional ).
Misalnya , kalau kita bisa melakukan yang lebih baik kepada pasangan kita , kenapa tidak . Karena orientasinya adalah mencari ridho Allah atau mengharapkan pahala dari Allah . Dan bukan mengharapkan balasan yang lebih baik dari pasangan kita . Jika kemudian ia ternyata membalas kebaikan kita dengan yang lebih baik lagi , maka itu merupakan sunnatullah .


Menurut Fauzil ( mantan dosen psikologi UII jogyakarta ) , yang membuat pernikahan bahagia adalah karena orientasi pernikahan yang kuat . Semakin kuat orientasinya, semakin besar peluang pernikahan itu bertahan lama dan bahagia .
Sebaliknya, pernikahan yang dilandasi oleh harapan harapan akan menimbulkan masalah dan mendatangkan kekecewaan . Misalnya seorang laki laki yang menikahi perempuam berjilbab yang juga seorang muslim aktivis , kata Fauzil .Ketika ia hendak shalat tahajjud , ternyata istrinya sulit dibangunkan . Kalau pernikahannya dilandasi harapan , maka ia akan kecewa karena tidak sesuai dengan yang ia harapkan .
Namun kalau pernikahannya berangkat dari orientasi ketaatan kepada Allah , semua itu indah saja

Menurut Fauzil , Ketaatan kepada Allah tidak harus mengabaikan hak hak yang bersifat fisik . Misalnya , kecantikan ,pakaian dan sebagainya perlu diperhatikan sebagai bahagian dari bentuk ketaatan kepada Allah . Sebaliknya , suami berpenampilan rapi , mengenakan pakaian bagus , dan memakai parfum yang disukai oleh istri .

Akhirnya , keindahan dan kebahagian pernikahan akan tercapai bila pola hubungan suami istri itu seimbang , tegas Fauzil . Suami tahu akan hak istri , dan istri tahu akan hak suami . Masing masing juga tahu dan sadar akan kewajibannya sebagai suami atau istri. .

Dengan kata lain , sebuah pernikahan yang bahagia adalah jika suami berorientasi memenuhi hak istri dan melaksanakan kewajibannya sebagai suami . Dan sebaliknya . Insya Allah .

Sabtu, 05 Februari 2011

My Wedding

Assalamu'alaikum wr.wb semua,,,,,,,,,

Kali ini aku mo cerita ttg pernikahanku, pernikahan sederhana yg penuh khidmat dan suka cita. Wanita mana yg tidak menginginkan menikah ? Para ulama ketika membahas hukum pernikahan, menemukan bahwa ternyata menikah itu terkadang bisa mejadi sunnah, terkadang bisa menjadi wajib atau terkadang juga bisa menjadi sekedar mubah saja. Bahkan dalam kondisi tertentu bisa menjadi makruh. Dan ada juga hukum pernikahan yang haram untuk dilakukan. Menikah itu wajib hukumnya bagi seorang yang sudah mampu secara finansial dan juga sangat beresiko jatuh ke dalam perzinaan. Nah, kebetulan bagi aku dan kekasihku, mgkin sdh masuk ke waib, hee.....

Seperti pasangan lainnya yg ingin menikah, tentunya ada persiapan dalam pra nikah tsb, begitu jg dg kami. Bahkan kami mendapatkan tantangan khusus dlm wedding prepare, aku dan calon suamiku berasal dari daerah yg berbeda, otomatis berbeda adat pula, seperti kata pepatah, lain lubuk lain ikannya. Aku gadis Minangkabau yg kental dg adat ini itu, bahkan banyak terjadi kesalahpahaman bagi mereka tidak mengerti ttg adat Minangkabau, ttg apa itu ? "Mereka" beranggapan bahwa di Minangkabau itu laki2 di beli,,,, (aduh ga enak banget dengernya). Masa manusia diperjualbelikan. Emang mau dihargain berapa ? hahahhaaaaaaaa,,,,,,

Tidak, bukan seperti itu saudara, tidak ada manusia yg "diperjualbelikan" di Minangkabau, yang ada jg adalah di Minang itu ada salah satu daerah yg bernama Padang Pariaman, (mgkin krn ada padangnya jd beranggapan semua warga padang kali ya), nah di daerah ini ada yg masih melestarikan adat mereka yg dsebut "Uang jemputan" yg terkesan "membeli", tp arti membeli disini bukan diperjualbelikan, (saya jg ga ngerti2 banget sih ttg adat sana tp tau garis besar nya ajah),  maksudnya membeli disini adalah ada suatu prosesi yg mengharuskan pihak wanita untuk memberikan suatu yg berharga (Uang jemputan) pada pihak laki2 sebagai tanda penghormatan pd laki2, karena setau saya laki2 di tinggikan dlm adat, tp inget, pemberian itu bukan "Mahar".

Mahar tetap diberikan oleh sang laki2 kepada wanitanya, sebagaimana Islam mengaturnya, bak kata semboyan orang Minangkabau, "Adat basandi syarak, syarak basandi Kitabullah" dimana adat itu berlandaskan syarat, dan syarat itu berlandaskan Kitab Allah, so InsyaAllah selama masih dalam koridor Islam ya gpp. Hanya saja yg namanya adat adalah kebiasaan yg kadang memang berlebihan, yg turun menurun, jd BUKAN KEWAJIBAN. Kalo mau tau lebih dalem, kayaknya browsing aja deh, takut salah jg aku uy. hee,,,,


Kembali ke My Story. 
Oia belum tau kan calon suamiku berasal darimana? Kekasih ku itu asli orang Sunda euy, Cianjur tepatnya. Hehehee,,, dapet ci aa' deh gw. Adat di Sunda mengkin ga seribet di daerah saya. Untung saja sih, pihak suami lebih mengerti pihak wanita, Mulai dari diskusi keyakinan hati untuk menikah, dimana tempat akan menikah, hingga tanggal pernikahan. Lumayan lah aku harus bolak balik telpon sana sini, karena aku masih merantau di Kota kembang ini, sedangkan keluarga semua di Bukittinggi. Berhubung jarak Kota yg memisahkan cukup (sangat ) jauh, harus menyebrang pulau dan melalui daratan bahkan udara,, hee lebay ada pesawat ini jg. 


Yang agak lama adalah diskusi dimana akan menikah, karena mengingat biaya dan lain2 juga. Aku dan kekasihku sebagai calon penganten, lebih memilih yg simple dan efektif saja, tp karena kami punya keluarga yg sangat di hormatii ya terserah mereka aja. Akhirnya, keluarga ku memutuskan untuk dilaksanakan di Bukittinggi saja. banyak alasan akan keputusan tsb, mulai dari aku seorang gadis yang merantau, jd lebih baik menikah di rumah saja biar orang2 kampung tau dan jauh dari "Suudzan". lalu, karena aku adalah anak bungsu, cewek lagi, yg akan meneruskan suku (marga), dimana nantinya setelah menikah otomatis aku ikut suami, dan meninggalkan keluarga dalam waktu yg tak tentu. So, ibuku ga mau merasa kehilangan anak begitu saja, minimal dia bisa menikahkan dan  merayakannya di rumahnya. Begitulah katanya. heee,,,,,,,,,,,, ^_^

Akhirnya setelah beberapa bulan berdiskusi dan memperhitungkan hari, jatuhlah hari H pada tanggal 11 Februari 2011,,,,, lumayan tanggal cantik 11-2-11, awalnya mau 11-11-11 (kelamaan, udh kebelet) hahahhaaa,,,,,,,,,. urusan belum selesai sampai disitu, belum lagi ribet nya ngurus ini itu, undangan ini itu, perlengkapan dll, karena saya masi jauh di Bandung, yaaaaaa selamatlah dari semua keribetan tsb, hahaha,,,, sudah di handle oleh keluarga disana. Untung saja aku jg ga terlalu neko2, lebih ke pasrah aja dalam pilihan ini itu, yg penting jadi tu nikah. hahhaha........


Aku, kekasihku beserta 3 orang keluarga nya terbang ke Padang (nyewa sayap lumayan  deh) pada hari Rabu, 9 Feb 2011 (mepet bgt), iya emang mepet, karena kami kerja semua (sok sibuk hee), jd harus bs ngatur ijin libur. 


Rabu sore kita sudah sampai di Bukittingi, Alhamdu,,,,,,,lillah. Semua sanak sodara menyambut dg suka cita. Hee,,, masih kerasa enaknya jd calon "Ratu Sehari" ampe sekarang. Kamis adalah waktunya kedua belah pihak mengakrabkan diri sebelum menhadapi suasana hati yg deg deg-an besoknya. Padahal calon pengantennya sendiri cuek kayak bebek (Tunggu tgl main aja).

Jumat, 11-2-11. Adalah hari yg di tunggu, calon 'Anak Daro" alias aku masih cuek, blom ada rasa dag dig dug, (ga peka bgt yah), jam 8 pagi aku dan keluarga ku berangkat ke Masjid, disana sdh ada calon suamiku menunggu beserta keluarga dan penghulunya. Detik2 menuju ruangan masjid, barulah sedikit dag dig dug, tp di tepis dengan berpoto2 ria dl hee (maklum narsis). 

Akhirnya, dipertemukanlah calon penganten dan disandingkan di depan penghulu, Maaaaaakkkk,,,, nape ne dada kok nyut nyut yah ,,,, ga karuan deh rasanya, setelah di ceramahin penghulu, detik2 ijab qobul pun datang, makin kenceng dah nyut nyut di dada, panas dingin, kok aku yg panas dingin coba, tp aku yakin, cowok ganteng yg disebelahku pasti lebih parah lagi hahahahaa,,,,,,,,,,,, (Piss Papah).

beberapa saat kemudian,,,, SSSAAAAAAAAHHHHHH !!!! Alhamdulillaaaaahhhhh,,, 


Lega rasanya, terasa ruangan masjid selebar dunia tanpa hambatan sedikitpun (lebay). dalam hati aku bekata "hee aku udh nikah, jd istri orang", terasa masih aneh sih, hihiii,,,,,,,  Waktunya pestaaaaaa,,,,, mau tau pakaian adat pesta Minagkabau ? Ini dia,,,,,,,,,,,





Ini adalah "Anak Daro" alias mempelai wanita alias aku, rame kan pernak perniknya hee,,,,,, namanya "Suntiang" ga berat kok, banyak yg ngira tu "Suntiang" berat banget, padahal biasa ajah kayak pake bandana gede. Sekarang kan sdh modern, suntian bs di buat dari bahan yg lebih ringan. Denegr2 dulu emang parah tuh, Suntiangnya berat banget, selain terbuat dari bahan yg lebih tebal dan bagus, juga harus di rangkai satu persatu dengan cara di tusukkan pada rambut yg sdh d beri sasak. Wuihhh perih nyaaaaaaaaaa,,,,,,, Alhmd aku lahir di era modernisasi lah, hee ^__^








 Ini dia pasangan bahagia itu, heee,,,,,,,,,,, gimana ? Semoga semua ikut bahagia jg yah,,,,,,









 hee aku paling demen liat yg ini,,,,,,,,,,, asa gimanaaaaaa gituh,,,,











Ini kamar pengantinnya lhoo,,, heeee.
Demen banget berada di kamar itu,,, serasa dalam sangkar burung yg indah dimana sang Putri di kurung dengan segala kemewahan (lebaaaayyyy). sayangnya keindahan tu kamar hanya bertahan seminggu paling, abis tu kembali seperti semula, gada lagi tirai2 yg lembut, taburan bunga dan hadiah2 yg berserakan di lantai hehee,,,,.



Cerita selanjutnya,,,,,,,? OOOO tidak bissssaaaa,,,,,,,,, ^____^d